Sukmawati
Mahasiswi Prodi BKI IAIN Parepare
Bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan masyarakat karena populasi yang beragam dan sejumlah tipe serta ciri problem manusia yang makin meluas, Profesi bimbingan dan konseling merupakan profesi yang unik dan khas karena berbeda dengan profesi yang lain, sejalan dengan dinamika kehidupan, kebutuhan akan bimbingan konseling saat ini sedang dikembangkan pula pelaynan bimbingan dan konseling dalam setting yang lebih luas, seperti dalam keluarga, keagamaan, pra nikah, pernikahan,lingkungan dan lainnya.
Mahasiswi Prodi BKI IAIN Parepare
Bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan masyarakat karena populasi yang beragam dan sejumlah tipe serta ciri problem manusia yang makin meluas, Profesi bimbingan dan konseling merupakan profesi yang unik dan khas karena berbeda dengan profesi yang lain, sejalan dengan dinamika kehidupan, kebutuhan akan bimbingan konseling saat ini sedang dikembangkan pula pelaynan bimbingan dan konseling dalam setting yang lebih luas, seperti dalam keluarga, keagamaan, pra nikah, pernikahan,lingkungan dan lainnya.
Bimbingan
dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata
majemuk, hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang
dilajutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli mengatakan bahwa konseling
merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan, banyak ahli berusaha
merumuskan pengertian bimbingan dan konseling.
Peranan
bimbingan dan konseling semakin penting di sekolah terutama untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa, hampir dapat dipastikan bahwa dalam satu sekolah akan
ditemukan murid yang memiliki masalah kesulitan belajar. Siswa yang mengalami
kesulitan belajar tersebut harus diarahkan dan diberi motivasi dalam bentuk
bimbingan konseling.
Untuk
menyelenggarakan layanan ini dengan baik, salah satu isyarat yang harus
diketahui adalah memahami hakikat bimbingan dan konseling itu sendiri.
Bimbingan dapat diartikan dalam suatu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan. Supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sendiri, sehinggah dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
sewajarnya sesuai dengan tuntutan sesuai dengan keadaan lingkungan masyarakat,
keluarga, sekolah, serta kehidupan pada umumnya.
Bimbingan
dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus
dari konselor kepada klien agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Kata
konseling dalam bahasa Indonesia diartikan dengan penyuluhan, yaitu bagian dari
bimbingan, baik sebagai layanan maupun teknik. Jadi mengenai dengan siswa yang
mulai malas belajar seperti sekrang ini sangat perlu dilakukan bimbingan
konseling dengan teori behavioral agar siswa tersebut dapat mengubah tingkah
lakunya sehingga menjadi lebih baik.
Konseling dengan menggunakan teori behavioral merupakan
teori konseling yang efektif untuk melakukan modifikasin tingkah laku, yaitu
menekankan tingkah laku maladaptif dan tingkah laku adaftif. Evaluasi mengenai
keberhasilan konseling behavioral dalam menangani kasus kemalasan belajar,
kecanduan alkohol di ungkapkan juga melalui analisis, konselor juga dapat
menyesuaikan teknik konseling untuk menekankan tingkah laku.
Konseling
behavioral juga tidak memandirikan klien melainkan konseling behavioral
menuntut konselor untuk terlibat aktif dan menggunkan pengetahuan ilmiah untuk
menemukan persoalan individu, konselor dalam konseling behavioral mendiagnosa
tingkah laku maladaftif dan menentukan prosedur penanganan yang cocok dengan
masalah klien, dan konselor menentukan cara-cara yang digunakan untuk klien
dakam usaha mengubah tingkah laku.
Keterlibatan
konselor dalam sebuah proses konseling yang aktif serta tidak melibatkan klien
secara aktif dapat berdiri secara mandiri, klien harus mengikuti setgiap arahan
dari konselor dan tingkah laku klien harus dikontrol oleh konselor agar
mencapai tujuan konseling. Klien mungkin berhasil mengubah tingkah lakunya
dalam sebuah proses konseling, akan tetapi terdapat kemungkinan bahwa klien
tidak memahami siklus pemecahan masalah yang seharusnya ia pahami. Membantu
klien tumbuh agar belajar cara pemecahan masalah yang lebih baik diemudian hari
saat mereka menghadapi masalah merupakan hal yang penting dilakukan dalam
sebuah proses konseling.
Pendekatan behavioral yaitu menaruh
perhatian pada perubahan perilaku, Apabila ditelusuri, perkembangannya sudah
sejak 1960-an konseling behavioral memberikan implikasi pada teknik dan
stratefi konseling dan dapat diintegrasikan dengan pendekatan lain. Menurut
George dan Chistiani, konseling behavioral berpangkal pada keyakinan tentang
martabat manusia, yaitu sebagian dari falsafah hidup dan sebagian lagi bercorak
psikologi, rincian pendapatnya sebagai yaitu, Manusia tidak berakhlak baik atau
buruk, bagus atau jelek, manusia memiliki potensi untuk bertingkah laku baik
atau buruk, tepat atau salah. Tujuan konseling behavioral adalah
untuk mengubah perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat
prilaku yang diharapkan dan meniadakan prilaku yang tidak diharapkan, serta
membantu menemukan cara-cara berperilaku tepat.
Berdasarkan bekal pembawaan dan
interaksi dengan lingkungan maka terbentuk aneka pola prilaku yang menjadi ciri
khas pada kepribadian individu, manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah
lakunya sendiri, memahami apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengatur
serta mengontrol perilakunya sendiri. Manusia mampu untuk memperoleh dan
membentuk sendiri suatu pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses
belajar, bila pola yang lama dibentuk melalui belajar, maka pola tersebut dapat
diganti melalui usaha belajar yang baru.
Konseling behavioral dilakukan dengan
menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang disengaja secara
khusus untuk mengubah prilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara
bersama-sama.
Krumboltz & Thoresen menempatkan prosedur belajar dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut:
1.
Belajar Operan (Operant
Learning) adalah belajar didasarkan atas perlunya pemberian ganjaran
(reinforment) untuk menghasilkan perubahan prilaku yang diinginkan.
2.
Belajar Mencontoh (Imitatif
Learning), yaitu cara dalam memberikan respon baru dengan cara menunjukkan atau
mengerjakan model-model prilaku yang diinginkan sehingga dapat dilakukan
konseli.
3.
Belajar Kognitif (Cognitive
Learning), yaitu cara belajar memelihara respon yang diharapkan dan boleh
mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui instruksi sederhana.
4.
Belajar Emosi (Emotional
Learning), yaitu cara-cara yang digunakan untuk mengamati respon-respon
emosional konseli yang tidak diterima menjadi respon emosional yang dapat
diterima sesuai dengan konteks classical conditioning.
Lalu penerapan dalam masyarakat yaitu
mengembangkan kehangatan, empati dan hubungan suport, serta memberi kesempatan
pada klien karena kerjasama positif pada klien, Jadi itulah sedikit uraian
tentang pentingya bimbingan konseling dalam masyarakat dengan pendekatan teori
behavioral.
Selanjutnya saat ini saya sedang dalam
penelitian yang berjudul “Peranan penyuluh agama islam dalam membentuk akhlak
remaja di Kelurahan Bukit Harapan Kec.Soreang Kota Parepare”. Remaja adalah
harapan bangsa, di pundaknyalah segala cita-cita bangsa untuk dapat mengatur
dan memperbaiki kehidupan dunia ini. Hal ini merupakan salah satu maksud
diciptakannya manusia oleh Allah Swt. Salah satu faktor yang harus ditanamkan
untuk bisa mencapai hal tersebut adalah masalah pembinaan akhlak remaja yang
akan ditopang dengan Penyuluh Agama Islam dalam hal ini akan menunjang
kehidupannya di dunia ini.
Salah satu penyebab timbulnya krisis
akhlakul karimah yang terjadi saat ini dikarenakan orang sudah mulai kurang
peduli dengan ajaran-ajaran agama, khususnya remaja yang identik dengan
kehidupan bebas. Hal ini ditandai dengan beredarnya pola kehidupan yang bebas
di Indonesia. Sikap mementingkan diri sendiri, egois, serta semakin pudarnya
nilai sopan santun yang semakin menghinggapi dalam diri manusia dan remaja pada
khususnya.
Persoalan remaja adalah persoalan yang
sangat hangat dan menarik untuk diperbincangkan, karena remaja merupakan masa
peralihan, di mana seseorang meninggalkan usia anak-anak yang penuh dengan
ketergantungan kepada kedua orang tua, remaja pada hakikatnya sedang sibuk
berjuang dalam menghadapi kehidupan lingkungan yang begitu kurang serasi, yang
penuh dengan kontradiksi dan ketidak stabilan, yang akan sangat mudah jatuh
kepada kesengsaraan batin hidup, penuh kecemasan, ketidak pastian dan
kebingungan.
Penyuluh Agama Islam sebagai salah satu
bentuk bimbingan,karena itu penyuluh hidup di tengah-tengah masyarakat adalah merupakan figur yang
ditokohkan, pemuka agama, tempat untuk bertanya, imam dalam masjid atau
musholah, begitu pula dengan adanya aliran keagamaan hendaknya penyuluh
agamadapat menjernihkan, tidak menambah keruh suasana dan berpedoman kepada
Al-quran dan Al-Hadist.
Adapun teori yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1.
Bimbingan Agama (Religious
Guidance)
Teori
ini untuk mengetahui bagaimana penyuluh agama dapat memberikan bimbingan agama
kepada anak remaja di kelurahan bukit harapan. Bimbingan Agama(religious
guidance) adalah bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang
dalam kaitanya dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut
agamanya. Dengan menggunakan pendekatan keagamaan dalam konseling tersebut,
klien dapat diberi insting (kesadaran terhadap adanya hubungan sebab akibat
dalam rangkaian problem yang dialaminya) dalam pribadinya yang di hubungkan
dengan keimananya yang mungkin pada saat itu telah lenyap dari dalam jiwan
klien.
2.
Teori Peran
Teori peran adalah sebuah teori yang
digunakan dalam dunia sosiologi, psikologi dan antropologi yang merupakan
perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Teori peran berbicara
tentang istilah “peran” yang biasa digunakan dalam dunia teater, dimana seorang
aktor dala teater harus bermainsebagai tokoh tertentu dan dalam posisinya
sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berprilaku secara tertentu. Posisi
seorang aktor dalam teater dinalogikan dengan posisi seseorang dalam
masyarakat, dan keduanya memiliki kesamaan posisi.