Rahmiah Rahman
Mahasiswi Prodi BKI IAIN Parepare
Sebagai salah satu sarana belajar dan bersosialisaisi, kampus tentu menjadi tempat yang dituju bagi siapapun yang ingin menempa daya saing disertai pemahaman teori yang relevan terhadap berbagai realitas polemik yang terjadi. Fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial menjadikan manusia harus selalu melakukan interaksi kepada sesamanya yang didasari oleh adanya keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya dan menjadi satu dengan suasana alam disekelilingnya ( Soekanto, 1990 ).
Mahasiswi Prodi BKI IAIN Parepare
Sebagai salah satu sarana belajar dan bersosialisaisi, kampus tentu menjadi tempat yang dituju bagi siapapun yang ingin menempa daya saing disertai pemahaman teori yang relevan terhadap berbagai realitas polemik yang terjadi. Fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial menjadikan manusia harus selalu melakukan interaksi kepada sesamanya yang didasari oleh adanya keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya dan menjadi satu dengan suasana alam disekelilingnya ( Soekanto, 1990 ).
Menjadi mahasiswa
baru tentu sudah menjadikan “kewajiban” untuk melakukan penyesuaian diri.
Perubahan lingkungan yang begitu drastis dari dunia sekolah menuju dunia kampus
membuat mahasiswa baru harus mampu meyesuaikan diri untuk mengatasi tekanan
lingkungan dan hambatan yang terjadi. Ditambah fakta bahwa manusia merupakan
makhluk sosial yang menunjukan bahwa bagaimanapun dan apapun keadaannya,
manusia memang selalu “saling” bukan “masing-masing”.
Tahun pertama
perkuliahan menjadi periode transisi yang sangat penting. Dimasa tersebutlah
mahasiswa membangun pondasi yang selanjutnya akan sangat menunjang keberhasilan
akademik yang ditempuh. Pergaulan yang dilakukan akan membentuk keburukan atau
kebaikan dan mempengaruhi cara pandang dan pola pikir.
Masalah yang
dijumpai sebagai mahasiswa baru pun tentu sangat beragam. Dari masalah akademik hingga non-akademik.
Masalah akademik yang yang sering dialami oleh para mahasiswa baru umumnya
terkait dengan proses pembelajaran yang berbeda di sekolah dan di kampus,
materi pelajaran yang sulit, menurunnya nilai IPK, hingga perasaan “salah
jurusan”. Selain masalah akademik, masalah lainnya yang dialami selama proses
penyesuaian yaitu masalah dengan lingkungan sosial di perguruan tinggi (
Nurfitriana, 2016).
Dengan berbagai
hal baru tersebut, diperlukan kesiapan psikologis maupun sosial agar para
mahasiswa baru dapat menyesuaian diri dengan baik. Penyesuaian diri ini
menuntut kemampuan mahasiswa untuk dapat hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya ( Wills and Sofyan,
2005 ). Seseorang yang mengalami kesulitan dalam meyesuaiakan diri khususnya
dalam dunia kampus, tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial
diingkungannya bahkan membuat mahasiswa berhenti kuliah karena
ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri.
Berdasarkan
berbagai macam persoalan dan polemik yang penulis uraikan di atas, tentu tidak
jauh berbeda dengan yang dirasakan mahasiswa internasional. Sebab keinginan
untuk mendapatkan universitas terbaik biasanya tidak di dapatkan di tempat
sendiri,kota sendiri, bahkan negara senidiri. Demikian prinsip yang banyak
diamini mahasiswa yang lebih memilih mendaftar diperguruan tinggi diluar daerah
hingga di luar negri.
Memperoleh pendidikan tinggi yang berkualitas, melengkapi diri
sebagai alumni yang bertaraf internasional, membangun relasi multicultural
terhadap mahasiswa domestic, ataupun mendapat keterampilan yang sangat vital
berbasis pengetahuan saat ini menjadi hasrat dasar tujuan mahasiswa
internasional yang telah dikemukakan oleh Pandian pada tahun 2008. Sebab apapun
motifnya, menjadi mahasiswa international membawa perubahan yang cukup penting
dan tentu menyisakan banyak cerita berbeda dari mahasiswa biasa paada umumnya.
Layaknya mahasiswa baru, mahasiswa international telah menghadapi
tantangan dalam penyesuaian untuk hidup dan belajar pada lingkungan yang baru.
Hal yang berbeda dari mahasiswa intenational dalam penyesuaian dirinya adalah
masalah semantik ( bahasa ), makanan, tempat tinggal, budaya, dan kehidupan
sehari-hari yang tampak luar biasa pada awalnya. Akhirnya diantara perubahan-perubahan
besar ini menimbulkan semacam gegar budaya atau suatu budaya yang disebut
sebagai ‘culture schock’ oleh Redden 1957. Suatu istilah yang menggambarkan
emosi negatif yang dialami oleh individu yang dapat ditujukan seperti individu
yang kebingungan dalam berhubungan dengan lingkungannya.
Tugas besar bagi mahasiswa international untuk menuju well
adjusted person. Dimana istilah ini digambarkan pada individu yang mempunyai penyesuaian diri yang baik, yaitu
jika seseorang mampu menunjukan respons yang matang, efisien, memuaskan dan
sehat terhdap rangsangan atau stimulus dari dalam diri maupun lingkungan
sosial. Efisien yang dimaksud adalah menghemat tenaga dan waktu dalam melakukan
respons terhadap stimulus yang diberikan
dan ketepatan dalam melakukan respon. Memuaskan yang dimaksud adalah
respon yang dilakukan adalah bermanfaat lebih baik dengan individu dan orang
lain di dalam lingkungan sosialnya. Sehat diartikan bahwa segala bentuk respon
yang ditujukan harus sesuai dengan akal sehat, sesuai denga hakekat individu, lembaga,
kelompok antarindividu, dan hubungan antar individu dengan penciptanya. Bahkan
dapat dideskripsikan bahwa sifat sehat dalam melakukan respon inn adalah
gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk menunjukan atau menentukan
bahwa suatu penyesuaian diri ( personal adjustment ) itu dikatakan baik
( well adjustment ), demikian yang dikemukakan Mohammad Ali dalam
tulisannya.
Namun maladjustment ( penyesuaian diri yang kurang baik ) tentu
adalah hal yang dialami mahasiswaa international berdasarkan hal-hal yang
menjadi penghambat mereka sesuai yang diuraikan penulis di atas. Timbulnya
maladjustment dikarenakan penyesuaian pribadi yang kurang atau penyesuaian
sosial yang tidak optimal. Bahkan disebabkan oleh kedua penyesuaian yang kurang
baik yaitu penyesuain pribadi dan sosial.
Sebanyak 6 orang mahasiswi
berasal dari Thailand telah banyak mengalami penyesuaian diri sejak mendaftar
di tahun 2017 lalu. Mereka telah belajar banyak bersama ‘diri’ dan orang baru
disekelilingnya. Selain karena kondisi geografis yang berbeda, kondisi
lingkungan dan segala yang serba baru menjadi hal yang “wajib” untuk mereka
terima sebagai “konsekuensi” menjadi mahasiswa international. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan penulis beberapa bulan yang lalu, mahasiswi Thailand
menceritakan apa saja hal ‘baru’ menurutnya. Mulai dari budaya Islam yang
sedikit berbeda ditempat mereka sebelumnya, menu makanan yang kian beragam,
semantik ( bahasa ) yang tentunya “memaksa” mereka menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dalam hal ini mereka menggunakan
bahasa melayu untuuk membangun komunikasi multicultural terhadap
mahasiswa domestik.
Selain itu, tekanan yang dihadapi selama proses perkuliahan dimana
mereka harus mengerjakan tugas menggunakan bahasa Indonesia yang baku sehingga
membuat mereka harus lebih banyak belajar dengan mahasiswa Indonesia untuk
menyelesaikan. Belum lagi tantangan mindset orang-orang tentang
mahasiswa international yang pasti fasih dalam berbahasa Inggris juga menjadi
hal yang cukup menganggu mereka selama melakukan aktivitas komunikasi. Bahkan
salah satu dari mereka ingin pindah jurusan karena merasa salah dan tidak cocok
dengan jurusan yang telah mereka pilih.
Walaupun begitu, mereka tetap menghadapinya hingga semester awal
berakhir kemudian beranjak pada semester-smester berikutnya. Urgensi
penyesuaian diri untuk mampu menghadapi berbagai tekanan dan menjadi nyaman
dalam segala keadaan yang serba baru, sangat berguna bagi pengembangan perilaku
dan pola pikir bagi mahasiswa international untuk menciptakan hubungan sosial
yang baik. Dalam mengembangkan penyesuaian diri yang baik tentu perlu bantuan
untuk mengatasi penyesuaian personal dan sosial yaitu salah satunya dengan
pelayanan bimbingan dan konseling.
Seperti yang diterangkan dalam pertemuan pertama jurusan bimbingan
dan konseling bahwa bimbingan merupakan proses penberian bantuan kepada
individu untuk mengembangkan dirinya yang bersifat pencegahan terhadap
perasalahan yang akan terjadi. Adapun konseling, proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli ( konselor ) kepada konseli dengan prosedur dan
teknik yang tepat sehinga yang dilakukan dapat bermuara pada teratasinya
masalah konseli serta mampu memberdayakan dirinya untuk menyelesaikan masalah
kedepannya sendiri.
Salah satu teori konseling yang sejalan untuk mengembangkan penyesuaian diri ( well
adjusted person ) adalah dengan menjejali teori konseling tingkah laku ( behavioral
counseling ) pada mahasiswa intenasional untuk mengefektifkan penyesuaian
diri dan meminimalisir tingkah laku
maladjustment yang dialami.
Teori ini berfokus pada tingkah laku ini cukup luas cakupannya.
Seringkali seseorang mengalami kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau
berlebihan dari kelaziman. Teori ini mempelajari cara bertindak yang baru dan
tepat, atau membantu mengubah atau
menghilangkan tindakan yang berlebihan. Pada kasus semacam itu, tingkah laku
adaptif menggantikan tingkah laku mal-adaptif. Tingkah laku merasa terhambat,
tertekan bagi mahasiswa internasional akan berubah menjadi bentuk penyesuaian
yang justru membawa pada rasa senang dan percaya diri.
Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk menuju pada apa yang dijalani
para mahasiswi Thailand saat ini adalah tidak jauh dari teori konseling tingkah
laku ini, walaupun belum sepenuhnya diaplikasikan sebagai konseling namun ini
terbilang sebagai bimbingan yang dapat diistilahkan ‘doing before knowing’. Mengaplikasikan
tanpa mengetahui teori akan kurang maksimal dan tidak akan berimbang.
Selain menjadi salah satu topik pembahasan yang cukup urgent di
dunia konseling, penyesuaian diri juga tentu tercakup dalam pedoman kita dalam
ber-Islam, yakni Alquran dan as-sunnah. Disebutkan dalam firman Allah SWT Q.S
Al-Isra:15 yang artinya :
“ Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang
sesat, maka dia tersesat bagi
(kerugiannya) sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa yang
lain, dan kami tidak mengazab sebelum kami mengutus seorang Rasul.”
Kandungan surah al – Isra : 15 bahwa Allah Swt telah menerangkan
dan mengingatkan kepada hamba-Nya yang pertama untuk menyelelamatkan drinya
sendiri sesuai dengan hidayah yang telah ditunjukan oleh Allah Swt, sedangkan
yang kedua untuk mengingatkan kepada hamba- Nya bahwa seseorang yang telah
melakukan dan memilih jalan yang sesat akan menimbulkan kerugian bagi dirinya
sendiri. Hal ini terkait dengan proses penyesuaian diri yang telah dilakukan manusia
, bahwa dimanapun ia berada dituntut menyesuaikan dimanapun ia berada. Sehingga
individu akan memperoleh ketenangan dimasa yang akan datang (Depag RI, 2010).
Allah SWT tidak akan mempersulit hamba-Nya dalam aktivitas sehari-
hari, kecuali manusia yang menyulitkan dirinya sendiri dengan meninggalkan
perintah-Nya dan melakukan larangan-Nya. Namun manusia mampu untuk berusaha dan
berdoa untuk mencapai tujuan dan impian yang telah diharapkan.
Sehingga, dalam beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan, para
mahasiswa internasional saat ini harus
lebih sering berkomunikasi, bersikap terbuka, kooperatif serta menjalani dengan
positif (husnudzon) segala hal yang terjadi. Bertanya dengan meminta nasihat
atau sebisa mungkin untuk mendayagunakan teknologi untuk menemukan tips-tips
dalam menghadapi lingkunngan baru. Sebab semakin baik penyesuaian diri
seseorang maka semakin baik pula dia menyikapi segala hal baru yang
dihadapinya. Semakin individu professional dalam bertingkah laku menjawab
segala polemic dan tekanan yang datang. Dengan penyesuaian diri, anggapan
‘monster’ sebelumnya berangsrangsur menjadi mood booster khususnya bagi
mahasiswa inteernasional yang tentunya dibarengi dengan teori dan
pengaplikasian yang mumpuni sehingga dalam gerakan realisasinya lebih efektif.
Secara implisit tergambar bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peran penting hingga saat ini.
Selain bahan refleksi untuk konselor juga menjadi rujukan bagi siapa saja yang
tak berujung dalam penyelesaian masalahnya.