Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dari Rumah, Kita Kuat: Strategi Pembelajaran di Rumah (Bagian Pertama)

Sabtu, 21 Maret 2020 | 3/21/2020 08:55:00 AM WIB | 0 Views Last Updated 2020-03-21T01:46:19Z
Adnan A. Saleh, M.Si
Dosen Prodi BKI IAIN Parepare

Sosial distancing menjadi solusi terbaik yang dicanangkan pemerintah Indonesia bahkan dunia sebagai strategi paling tepat menangani virus Corona. Di Sulawesi Selatan, meskipun belum ditegaskan langsung oleh Pemerintah, namun beberapa orang tua berinisiatif sendiri untuk mengurangi kegiatan di luar rumah termasuk berkantor. Menyelesaikan tugas di kantor dianggap menjadi hal bijak dalam mengurangi risiko penyebaran virus Corona. Di Kabupaten Sidenreng Rappang, Pemerintah Daerah telah meliburkan PIAUD/PAUD/RA.

Bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah menjadi solusi paling tepat yang sedang digallakkan pemerintah dan beberapa organisasi non pemerintah. Namun demikian, tentu terdapat tantangan bagi orang tua. Hal ini bisa saja karena kebiasaan yang baru dan kurangnya pengetahuan melakukan pendampingan anak di rumah. Tantangan berikutnya proses pendampingan itu harus dilakukan sembari harus bekerja dari rumah. Hal ini menuntut orang tua memerlukan strategi khusus dalam menyikapi kebiasaan baru ini.

Perkenankan kami, melalui tulisan singkat ini, Bapak/Ibu kami ajak menyusun bersama strategi pembelajaran tersebut agar kita bisa membersamai anak dengan waktu dan perilaku yang bermanfaat.

Apa itu strategi pembelajaran untuk anak di rumah?

Secara sederhana kami sampaikan bahwa strategi pembelajaran anak di rumah adalah kemampuan Bapak/Ibu untuk menyusun cara-cara pembelajaran anak yang efektif di rumah supaya waktu panjang yang dimiliki anak dapat terisi dengan kegiatan bermanfaat sehingga Bapak/Ibu mampu menstimulus perkembangan kognitif, emosional, dan psikomotorik anak-anak kita.

Mari kita berefleksi sejenak. Selama ini, waktu kita begitu kurang bersama anak. Pagi hari kita serahkan anak kita di institusi pendidikan dan kita memilih melanjutkan karir di kantor. Sementara akhir pekan yang kita lalui, apakah sudah terisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk anak? Mari kita lihat masa social distancing ini sebagai peluang, bukankah orang tua adalah guru pertama! Bapak/Ibu lah yang menjadi penangggung jawab sesungguhnya pendampingan anak.

Selanjutnya kita bisa bertanya, kesiapan kita bagaimana membersamai anak kita di rumah. Bukan tidak mungkin, setelah tulisan ini, Pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang ada di Sulawesi Selatan akan memerintahkan social distancing secara menyeluruh atau bisa saja lockdown, istilah yang digunakan melarang masyarakat bepergian keluar rumah seperti dilakukan di beberapa Negara di dunia.
Mari berlatih menyiapkan bekal anak dengan pendidikan budi pekerti & kasih sayang di masa persiapan social distancing ini, sekaligus bekal kemampuan mereview materi-materi belajar yang ditugaskan sekolah.

Prinsip Pembelajaran di rumah
Pembelajaran di rumah tentu berbeda dengan di sekolah. Belajar di rumah bisa lebih longgar karena tidak ada aturan dan jadual baku seperti kegiatan-kegiatan di sekolah yang lebih terstruktur. Beberapa yang penting kita perhatikan adalah:

1. Bapak/Ibu sebaiknya menghindari stress (bebas stress) dan mengedepankan Mindful. Kondisi seperti ini mengharuskan orang tua menyadari dan menerima sepenuhnya bahwa kita berada DI SINI dan SEKARANG, menerima kenyataan apa adanya. Secara sederhana bahwa kita tidak perlu menyesali masa lalu dan mengkuatirkan masa depan. Orang tua bisa saja mentransfer energi kepada anak, sehingga pastikan energi tersebut merupakan energi yang memberi semangat, BUKAN stress, bingung, dan kuatir berlebihan. Kelola emosi dengan baik sebab anak kita akan menjadi penyerab energi terbaik. Sampaikan energi positif itu kepada anak-anak kita.

2. Bapak/Ibu tetap harus membuat aturan yang jelas dan disampaikan secara terbuka kepada anak. Aturan yang dibuat akan lebih membantu dalam penerapan apabila dibuat secara bersama dengan anak. Minta kesepakatan anak sehingga anak merasa bahwa itu menjadi bagian dari dirinya. Misal saja durasi  menonton televisi dan bermain gadget, pagi sampai siang kita harus luangkan waktu belajar, bermain setelah tugas sekolah telah diselesaika, bermain di daerah tertentu, dan sebagainya.

3. Bapak/Ibu sebaiknya bersedia menyiapkan materi belajar dan sarana belajar. Ingat, Anda akan menjadi fasilitator utama proses belajar anak. Seperti guru di sekolah yang menyiapkan materi pembelajaran, maka orang tua juga sebaiknya belajar menyiapkan dan menggunakan materi yang dibutuhkan. Materi belajar juga bisa berupa permainan.

4. Berdoa. Menggantungkan segala sesuatu kepada Pemilik Semesta. Bukankah tidak akan jatuh selembar daun dari rantingnya tanpa perkenan dari ALLAH!
Bagian kedua dari tulisan ini, akan saya sampaikan usaha menyiapkan materi dan sarana belajar.

Semoga Bermanfaat
Wassalam
×
Berita Terbaru Update